KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas ijinNya jugalah
maka makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang membawa
perubahan mendasar pada peradaban di bumi ini sehingga kita menikmat betapa
nikmatnya iman Islam.
Makalah
ini dibuat bukan hanya untuk memenuhi
tugas fisika dalam bab “energy
alternatif” saja, tetapi diharapkan agar
dapat menjadi referensi ilmu untuk perkembangan wacana dalam mengelola dan
pemanfaatan energi biomassa.
Untuk itu koreksi serta saran sangat diperlukan untuk kemajuan
kita bersama.
Terima kasih kepada semua pihak yang mendukung penyelesaian
makalah ini, terutama Bpk. Syukron yang telah memberikan
kesempatan untuk menulis makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber-sumber
energi
biomasssa
B. Potensi
biomassa di
indonesia
C. Political
will
D. Konversi
biomassa
E. Dampak
pemanfaatan energi biomassa
Di
Indonesia
F. Kendala
penghambat pengembangan
Biomassa di Indonesia
G. Strategi
pembangunan energi biomassa
Di
Indonesia
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Telah
sejak lama, kita mendengar bahwa persediaan bahan bakar minyak di Bumi ini
mulai menipis. Ada banyak perkiraan oleh pakar bahwa tahun sekian pasokan bahan
bakar minyak akan benar-benar habis. Sementara untuk memperbarui minyak yang
terkandung di Bumi, juga bukan hal mudah dan instan. Sehingga, mau tidak mau,
manusia dipaksa untuk terus menemukan energi alternatif sebagai pengganti dari
bahan bakar minyak. Salah satu energi alternatif yang dapat dikembangkan adalah
energi biomassa.
Disadari
atau tidak, sejak zaman dulu manusia telah menggunakan biomassa sebagai sumber
energi. Contohnya adalah penggunaan kayu bakar untuk menyalakan api unggun.
Kayu bakar merupakan bahan biologis yang terdapat di alam dan dapat
dimanfaatkan langsung sebagai sumber energi tanpa perlu diolah terlebih dahulu.
Namun sejak ditemukannya bahan bakar fosil, penggunaan biomassa mulai
terlupakan. Minyak bumi, gas bumi, dan batubara lebih dipilih sebagai sumber
energi dalam kehidupan di masyarakat.
B. Permasalahan
Sejumlah
isu akan terjadinya krisis energi yang mengancam kelangsungan hidup manusia
memerlukan klarifikasi dalam rangka memahami potensi biomass sebagai sumber
energi yang berkesinambungan: mengenai sumber daya dan ketersediaannya, aspek
logistik, biaya-biaya rantai bahan bakar, dan dampaknya terhadap lingkungan.
Para
ilmuwan memperkirakan dalam hitungan tahun persediaan minyak dunia akan
terkuras habis. Karena itu penggunaan sumber energi alternatif kini digiatkan,
termasuk di antaranya penggunaan biomassa. Di sisi lain juga timbul pertanyaan
berapa kuantitas residu yang dapat digunakan dari suatu sumber biomassa, dimana
dan bagaimana harus dikembangkan, apa dan bagaimana kebutuhan infrastruktur
harus dipenuhi, kesemuanya memerlukan pertimbangan yang seksama. Makalah singkat
ini akan memaparkan potensi pengembangan biomassa sebagai bahan substitusi
minyak bumi (energi fosil) dan kontribusinya kepada pengurangan emisi CO2 di
Indonesia. Khususnya sebagai sumber energi bagi pembangkit tenaga biomasa
(PLTBM
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sumber-sumber
Energi Biomassa
Sejumlah
pakar berpendapat, penggunaan biomassa sebagai sumber energi terbarukan
merupakan jalan keluar dari ketergantungan manusia pada bahan bakar fosil.
Apa
yang sebenarnya dimaksud dengan biomassa? Dalam sektor energi, biomassa merujuk
pada bahan biologis yang hidup atau baru mati yang dapat digunakan sebagai
sumber bahan bakar atau untuk produksi industrial. Umumnya biomassa
merujuk pada materi tumbuhan yang dipelihara untuk digunakan sebagai biofuel,
tapi dapat juga mencakup materi tumbuhan atau hewan yang digunakan untuk
produksi serat, bahan kimia, atau panas. Biomassa dapat pula meliputi limbah
terbiodegradasi yang dapat dibakar sebagai bahan bakar. Biomassa tidak mencakup
materi organik yang telah tertransformasi oleh proses geologis menjadi zat
seperti batu bara atau minyak bumi. Biomassa biasanya diukur dengan berat
kering. (id.wikipedia.org)
Sumber
lain menyebutkan biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses
fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain
adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, limbah
perkotaan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer
serat, bahan pangan, pakan ternak, miyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya,
biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umum yang
digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah
atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya.
Sumber
energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan
sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat menyediakan
sumber energi secara berkesinambungan (suistainable). Di Indonesia,
biomassa merupakan sumber daya alam yang sangat penting dengan berbagai produk
primer sebagai serat, kayu, minyak, bahan pangan dan lain-lain yang selain
digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik juga diekspor dan menjadi tulang
punggung penghasil devisa negara.
(web.ipb.ac.id)
B. Potensi
Biomassa di Indonesia
Potensi
biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber energi jumlahnya
sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun tumbuhan semuanya
potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan menghasilkan limbah
yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk keperluan lain seperti bahan
bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati memberi tiga
keuntungan langsung. Pertama, peningkatan efisiensi energi secara keseluruhan
karena kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan akan terbuang
percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan biaya, karena seringkali
membuang limbah bisa lebih mahal dari pada memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi
keperluan akan tempat penimbunan sampah karena penyediaan tempat penimbunan
akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di daerah perkotaan.
Selain
pemanfaatan limbah, biomassa sebagai produk utama untuk sumber energi juga
akhir-akhir ini dikembangkan secara pesat. Kelapa sawit, jarak,
kedelai merupakan beberapa jenis tanaman yang produk utamanya sebagai bahan
baku pembuatan biodiesel. Sedangkan ubi kayu, jagung, sorghum, sago
merupakan tanaman-tanaman yang produknya sering ditujukan sebagai bahan
pembuatan bioethanol.
Potensi
biomassa yang besar di negara, hingga mencapai 49.81 GW tidak sebanding dengan
kapasitas terpasang sebesar 302.4 MW. Bila kita maksimalkan potensi yang ada
dengan menambah jumlah kapasitas terpasang, maka akan membantu bahan bakar
fosil yang selama ini menjadi tumpuan dari penggunaan energi. Hal ini akan
membantu perekonomian yang selama ini menjadi boros akibat dari anggaran
subsidi bahan bakar minyak yang jumlahnya melebihi anggaran sektor lainnya.
Energi
biomassa menjadi penting bila dibandingkan dengan energi terbaharukan karena
proses konversi menjadi energi listrik memiliki investasi yang lebih murah bila
di bandingkan dengan jenis sumber energi terbaharukan lainnya. Hal inilah yang
menjadi kelebihan biomassa dibandingkan dengan energi lainnya. Proses energi
biomassa sendiri memanfaatkan energi matahari untuk merubah energi panas
menjadi karbohidrat melalui proses fotosintesis yang selanjutnya diubah kembali
menjadi energi panas. (moechah.wordpress.com)
C. Political
Will
Semua
potensi tersebut tidak bernilai tanpa adanya dukungan dan political will dari
pemerintah serta masyarakat luas. Pembentukan tim nasional pengembangan bahan
bakar nabati (BBN) dengan menerbitkan blue print dan road map bidang energi
untuk mewujudkan pengembangan BBN merupakan langkah yang strategis sehingga
dapat dicapai kemandirian energi melalui pengembangan biomassa. Peran serta
masyarakat akan sangat membantu dalam pengimplemetasian pengembangan tanaman
penghasil bioenergi, sehingga pada akhirnya bangsa ini mampu keluar dari krisis
energi dengan pasokan energi bahan bakar nabati yang berkelanjutan
(moechah.wordpress.com)
D. Konversi
Biomassa
Penggunaan
biomassa untuk menghasilkan panas secara sederhana sebenarnya telah dilakukan
oleh nenek moyang kita beberapa abad yang lalu. Penerapannya masih sangat
sederhana, biomassa langsung dibakar dan menghasilkan panas. Di zaman modern
sekarang ini panas hasil pembakaran akan dikonversi menjadi energi listrik
melali turbin dan generator. Panas hasil pembakaran biomassa akan menghasilkan
uap dalam boiler. Uap akan ditransfer kedalam turbin sehingga akan menghasilkan
putaran dan menggerakan generator. Putaran dari turbin dikonversi menjadi
energi listrik melalui magnet-magnet dalam generator.
Pembakaran
langsung terhadap biomassa memiliki kelemahan, sehingga pada penerapan saat ini
mulai menerapkan beberapa teknologi untuk meningkatkan manfaat biomassa sebagai
bahan bakar, dijelaskan pada Gambar 4. Teknologi konversi biomassa tentu saja
membutuhkan perbedaan pada alat yang digunakan untuk mengkonversi biomassa
dan menghasilkan perbedaan bahan bakar yang dihasilkan.
Pembakaran
langsung merupakan teknologi yang paling sederhana karena pada umumnya biomassa
telah dapat langsung dibakar. Beberapa biomassa perlu dikeringkan
terlebih dahulu dan didensifikasi untuk kepraktisan dalam
penggunaan. Konversi termokimiawi merupakan teknologi yang
memerlukan perlakuan termal untuk memicu terjadinya reaksi kimia dalam
menghasilkan bahan bakar. Sedangkan konversi biokimiawi merupakan
teknologi konversi yang menggunakan bantuan mikroba dalam menghasilkan
bahan bakar.
Beberapa
penerapan teknologi konversi biomassa yaitu :
a. Biobriket
Briket
adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber energi biomassa
ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya menjadi
lebih teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya
batubara saja yang bisa di bikin briket. Biomassa lain seperti sekam, arang
sekam, serbuk gergaji, serbuk kayu, dan limbah-limbah biomassa yang lainnya.
Pembuatan briket tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga tidak terlalu
rumit. Di IPB terdapat banyak jenis-jenis mesin pengempa briket mulai dari yang
manual, semi mekanis, dan yang memakai mesin.
b. Pirolisis
Pirolisis
adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu yang lebih
dari 150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses, yaitu
pirolisa primer dan pirolisa sekunder.
Pirolisa
primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa
sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa
primer. Penting diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena
panas, sehingga keberadaan O2 dihindari pada proses tersebut karena akan memicu
reaksi pembakaran Proses ini sebenarnya bagian dari proses karbonisasi yaitu
proses untuk memperoleh karbon atau arang, tetapi sebagian menyebut pada proses
pirolisis merupakan high temperature carbonization (HTC), lebih dari 500 oC.
Proses pirolisis menghasilkan produk berupa bahan bakar padat yaitu karbon,
cairan berupa campuran tar dan beberapa zat lainnya. Produk lainn adalah gas
berupa karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan beberapa gas yang memiliki
kandungan kecil
c. Liquification
Liquification
merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cairan dengan proses kondensasi,
biasanya melalui pendinginan, atau perubahan dari padat ke cairan dengan
peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau penggilingan dan pencampuran dengan
cairan lain untuk memutuskan ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi
pada batubara dan gas menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi dan
memudahkan dalam pemanfaatan.
d. Transesterifikasi
Transesterifikasi
adalah proses kimiawi yang mempertukarkan grup alkoksi pada senyawa ester
dengan alkohol
e. Densifikasi
Praktek
yang mudah untuk meningkatkan manfaat biomassa adalah membentuk menjadi briket
atau pellet. Briket atau pellet akan memudahkan dalam penanganan biomassa.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan densitas dan memudahkan penyimpanan dan
pengangkutan. Secara umum densifikasi (pembentukan briket atau pellet)
mempunyai beberapa keuntungan (bhattacharya dkk, 1996) yaitu : menaikan nilai
kalor per unit volume, mudah disimpan dan diangkut, mempunyai ukuran dan
kualitas yang seragam.
f. Karbonisasi
Karbonisasi
merupakan suatu proses untuk mengkonversi bahan orgranik menjadi arang . pada
proses karbonisasi akan melepaskan zat yang mudah terbakar seperti CO, CH4, H2,
formaldehid, methana, formik dan acetil acid serta zat yang tidak terbakar
seperti seperti CO2, H2O dan tar cair. Gas-gas yang dilepaskan pada proses ini
mempunyai nilai kalor yang tinggi dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
kalor pada proses karbonisasi.
g. Anaerobic
digestion
Proses
anaerobic digestion yaitu proses dengan melibatkan mikroorganisme tanpa
kehadiran oksigen dalam suatu digester. Proses ini menghasilkan gas produk
berupa metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) serta beberapa gas yang jumlahnya
kecil, seperti H2, N2, dan H2S. Proses ini bisa diklasifikasikan menjadi dua
macam yaitu anaerobic digestion kering dan basah. Perbedaan dari kedua proses
anaerobik ini adalah kandungan biomassa dalam campuran air. pada anaerobik
kering memiliki kandungan biomassa 25 – 30 % sedangkan untuk jenis basah
memiliki kandungan biomassa kurang dari 15 % (Sing dan Misra, 2005).
h. Gasifikasi
Secara
sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses konversi
bahan selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan bakar.
Gas tersebut dipergunakan sebagai bahan bakar motor untuk menggerakan generator
pembangkit listrik. Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam rangka
program penghematan dan diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi akan
membantu mengatasi masalah penanganan dan pemanfaatan limbah pertanian,
perkebunan dan kehutanan. Ada tiga bagian utama perangkat
gasifikasi, yaitu : (a) unit pengkonversi bahan baku (umpan) menjadi gas,
disebut reaktor gasifikasi atau gasifier, (b) unit pemurnian gas, (c) unit
pemanfaatan gas.
i. Biokimia
Pemanfaatan
energi biomassa yang lain adalah dengan cara proses biokimia. Contoh
proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah hidrolisis,
fermentasi dan an-aerobic digestion. An-aerobic digestion adalah penguraian
bahan organik atau selulosa menjadi CH4 dan gas lain melalui proses biokimia.
Adapun tahapan proses anaerobik digestion adalah diperlihatkan pada
Gambar .
Selain
anaerobic digestion, proses pembuatan etanol dari biomassa tergolong dalam
konversi biokimiawi. Biomassa yang kaya dengan karbohidrat atau
glukosa dapat difermentasi sehingga terurai menjadi etanol dan
CO2. Akan tetapi, karbohidrat harus mengalami penguraian (hidrolisa)
terlebih dahulu menjadi glukosa. Etanol hasil fermentasi pada
umumnya mempunyai kadar air yang tinggi dan tidak sesuai untuk pemanfaatannya
sebagai bahan bakar pengganti bensin. Etanol ini harus didistilasi
sedemikian rupa mencapai kadar etanol di atas 99.5%. (moechah.wordpress.com)
E. Dampak
Pemanfaatan Energi Biomassa
Semua
jenis energi di alam baik itu yang tak terbarukan maupun terbarukan pastinya
tak lepas dari dampak yang ditimbulkan. Begitu juga dengan energi biomassa
tentu mempunyai dampak baik itu dampak positif maupun negatif.
a) Dampak
Positif
Ada
banyak sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan. Biomassa pun bisa
dijadikan salah satu alternatif yang menjanjikan. Pemanfaatan energi biomassa
sebagai sumber energi khususnya sebagai bahan baku produksi energi listrik
mempunyai kelebihan atau dampak positif, antara lain:
1. Merupakan
sumber energi paling murah karena jumlahnya melimpah tersedia di alam
bisa dikatakan gratis
2. Dapat
diperoleh dengan mudah misalnya sampah atau limbah disekitar kita
3. Biaya
operasional sangat rendah, hal ini karena bahan baku tersedia melimpah dan
gratis
4. Tidak
mengenal problem limbah karena dari limbah justru akan diperoleh energy
biomassa
5. Proses
produksinya lebih ramah lingkungan karena proses pembakarannya lebih sempurna,
tidak meninggalkan residu atau sisa pembakaran semisal co2.
6. Tidak
menyebabkan efek rumah kaca atau global warming
7. Tidak
terpengaruh kenaikkan harga bahan bakar (Jarass,1980).
8. Mengurangi
polusi udara; pembakaran biomassa dari limbah pertanian dilakukan di dalam
ruang bakar menggunakan boiler untuk mengurangi efek polusi asap karena
pembakaran dalam industri menggunakan peralatan kendali polusi untuk
mengendalikan asap, sehingga lebih efisien dan bersih daripada pembakaran
langsung.
9. Mengurangi
hujan asam dan kabut asap; Melalui pembakaran biomassa efek hujan asam ini akan
direduksi, karena pembakaran biomassa akan menghasilkan partikel emisi asam
sulfur (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) yang lebih sedikit dibandingkan dengan
pembakaran bahan bakar fosil. Pembakaran biomasa lebih efisien dan sempurna
bila diproses melalui karbonisasi karena akan menghasilkan bahan bakar yang
terbebas dari volatile matter atau gas mudah terbakar.(www.kamase.org)
b) Dampak
Negatif
1. Ekonomi
Dari
segi ekonomi terutama biomassa yang diperoleh dari bahan baku pangan semisal
gandum, tebu dan jagung akan memberikan dampak samping salah satunya naiknya
harga bahan baku pangan. Penyebabnya macam-macam. Di Jerman misalnya, produksi
listrik biomassa mendapat subsidi pemerintah kata ahli biologi Dr. Andre
Baumann: “Ini memicu persaingan antar petani yang menanam gandum untuk pangan
dan petani biomassa. Selama ini, produsen gandum untuk biomassa mendapat
keuntungan lebih besar daripada petani biasa. Baru belakangan ini, dengan
naiknya harga untuk susu dan gandum, petani biasa dapat bersaing dengan petani
biomassa. Produsen biogas tak lagi dapat membeli bahan dasar gandum dengan
harga murah seperti dalam lima tahun terakhir.“
Di
Jerman, 100 kilogram gandum menghasilkan energi biomassa seharga 25 Euro. Tapi
bila gandum tersebut dijual sebagai bahan baku pangan, harganya hanya 18 Euro.
Kini di sejumlah negara muncul kekuatiran bahwa para petani bahan pangan
beralih ke produksi tanaman untuk biomassa. Padahal, produksi bahan pangan saat
ini saja belum mencukupi untuk menutup kebutuhan pangan dunia.
(www.dw-world.de)
2. Lingkungan
Dampak
lain penanaman produk pertanian untuk biomassa adalah kerusakan pada alam.
Andre Baumann yang menjabat ketua Organisasi Lingkungan Hidup Jerman NABU
menegaskan produksi tanaman untuk biomassa harus memenuhi standar amdal:
“Biomassa sudah digunakan selama ratusan tahun. Tapi dulu produk biomassa tidak
diangkut dengan truk atau pesawat sampai tempat tujuan. Sekam gandum atau sisa
tanaman lainnya digunakan di pertanian yang sama sehingga membentuk lingkaran
yang tertutup. Tapi sekarang, manusia memakai truk dan kapal laut untuk
mengangkut kelapa sawit dari kawasan tropis ke Eropa, ini menyebabkan siklus
penggunaan biomassa tidak lagi tertutup.“ Contohnya di Benua Hitam Afrika. Pakar
lingkungan dari Institut Pertanian untuk Kawasan Tropis dan Subtropis
Universitas Hohenheim Joachim Sauberborn menjelaskan „Di Afrika sumber daya
alam yang dapat diperbarui luas digunakan. Banyak warga masih memakai kayu
untuk memasak. Namun, dampak negatifnya adalah kerusakan kawasan hutan karena
penebangan yang tidak terkontrol. Hilangnya vegetasi hutan menyebabkan
pengikisan lapisan tanah yang subur. Akibatnya, lahan pertanian pun makin
berkurang.“
Untuk
mendapatkan lahan pertanian baru, penduduk Afrika membuka hutan. Akibatnya
siklus kerusakan alam terus berlanjut. Penebangan pohon-pohon untuk lahan
pertanian menyebabkan karbondioksida dilepaskan ke udara. Padahal
karbondioksida atau CO2 adalah salah satu gas rumah kaca penyebab pemanasan
global. (www.dw-world.de)
F. Kendala
Penghambat Pengembangan Energi Biomassa di Indonesia
Di
indonesia ada beberapa kendala yang menghambat pengembangan energi biomassa
khususnya untuk produksi energi listrik, seperti:
1. Harga
jual energi fosil, misal; minyak bumi, solar dan batubara, di Indonesia masih
sangat rendah. Sebagai perbandingan, harga solar/minyak disel di Indonesia
Rp.380,-/liter sementara di Jerman mencapai Rp.2200,-/liter, atau sekitar enam
kali lebih tinggi.
2. Rekayasa
dan teknologi pembuatan sebagian besar komponen utamanya belum dapat
dilaksanakan di Indonesia, jadi masih harus mengimport dari luar negeri.
3. Biaya
investasi pembangunan yang tinggi menimbulkan masalah finansial pada penyediaan
modal awal.
4. Belum
tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap, karena masih terbatasnya
studi dan penelitian yang dilkakukan.
5. Secara
ekonomis belum dapat bersaing dengan pemakaian energi fosil.
6. Kontinuitas
penyediaan energi listrik rendah, karena sumber daya energinya sangat
bergantung pada kondisi alam yang perubahannya tidak tentu.
(beyoureself.blogspot.com)
G. Strategi
Pengembangan Energi Biomassa di Indonesia
Berdasar
atas kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan peran
energi biomassa khususnya pada produksi energi listrik, maka beberapa strategi
yang mungkin diterapkan, antara lain:
1. Meningkatkan
kegiatan studi dan penelitian yang berkaitan dengan; pelaksanaan identifikasi
setiap jenis potensi sumber daya energi biomassa secara lengkap di setiap
wilayah; upaya perumusan spesifikasi dasar dan standar rekayasa sistem konversi
energinya yang sesuai dengan kondisi di Indonesia; pembuatan
"prototype" yang sesuai dengan spesifikasi dasar dan standar rekayasanya;
perbaikan kontinuitas penyediaan energi listrik; pengumpulan pendapat dan
tanggapan masyarakat tentang pemanfaatan energi biomassa tersebut.
2. Menekan
biaya investasi dengan menjajagi kemungkinan produksi massal sistem
pembangkitannya, dan mengupayakan agar sebagian komponennya dapat diproduksi di
dalam negeri, sehingga tidak semua komponen harus diimport dari luar negeri.
Penurunan biaya investasi ini akan berdampak langsung terhadap biaya produksi.
3. Memasyarakatkan
pemanfaatan energi terbarukan sekaligus mengadakan analisis dan evaluasi lebih
mendalam tentang kelayakan operasi sistem di lapangan dengan pembangunan
beberapa proyek percontohan
4. Meningkatkan
promosi yang berkaitan dengan pemanfaatan energi dan upaya pelestarian
lingkungan.
5. Memberi
prioritas pembangunan pada daerah yang memiliki potensi sangat tinggi, baik
teknis maupun sosio-ekonomisnya.
6. Memberikan
subsidi silang guna meringankan beban finansial pada tahap pembangunan. Subsidi
yang diberikan, dikembalikan oleh konsumen berupa rekening yang harus
dibayarkan pada setiap periode waktu tertentu. Dana yang terkumpul dari
rekening tersebut digunakan untuk mensubsidi pembangunan sistem pembangkit
energi listrik di wilayah lain.
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
Sumber utama biomassa
diantaranya adalah kayu, bahan bakar alkohol, dan limbah padat. Bahan bakar
alkohol biasanya berasal dari tanaman tebu dan tanaman lainnya seperti jagung,
willow, kelapa sawit, kayu putih, poplar, dan rami. Hal ini akan mencakup
materi seperti cabang dan daun yang telah rontok, tanaman mati, limbah kayu
dari kertas dan pulp, limbah domestik, limbah perkotaan, limbah daur ulang,
etanol, dan lain-lain.
Energi biomassa dapat
digunakan untuk menghasilkan listrik, panas, dan uap yang bisa digunakan untuk
berbagai keperluan dan proses industri.
Biomassa dikonversi
menjadi bahan bakar gas yang setara dengan kira-kira 0,1-0,2 L BBM atau
0,33-0,67 kWh.
Kelebihan daripada
biomassa adalah sumber energi gratis, ramah lingkungan, pasokan melimpah, efek
lingkungan lebih kecil dibandingkan bahan bakar fosil. Sebuah studi di Amerika
Serikat mengungkapkan bahwa emisi karbon dioksida yang dikeluarkan biodiesel
sekitar 75% lebih rendah dibandingkan yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil.
Hal ini akan membantu dunia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Produksinya
merupakan kegiatan padat karya sehingga menjadi sumber lapangan kerja bagi
penduduk pedesaan.
Dalam prosesnya,
biomassa menggunakan bahan limbah untuk kemudian mengubahnya menjadi sumber
energi. Hal ini akan mengurangi jumlah sampah yang menjadi sumber berbagai
pencemaran dan masalah lainnya. Pemanfaatan biomassa juga membantu mengurangi
kadar metana yang dilepas karena dekomposisi bahan organik ke udara. Metana
diketahui merupakan gas yang menyebabkan efek rumah kaca dan dengan demikian
sangat berbahaya bagi lingkungan. Begitu juga, menanam tanaman yang digunakan
sebagai bahan baku biomassa akan memperbanyak konsentrasi oksigen sekaligus
mengurangi emisi karbon dioksida.
Proses Biomassa selanjutnya adalah tanaman membuat makanan dengan proses fotosintesis. Selama proses ini, energi matahari digunakan dan diubah menjadi energi kimia. Energi dari tumbuhan lantas berpindah ke hewan yang memakan tumbuhan. Energi dari mahluk hidup inilah yang lantas digunakan manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Semua bahan organik
tersebut diuraikan melalui proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme
anaerobik untuk menghasilkan karbon dioksida dan metana. Tanaman ini
dibudidayakan dalam skala besar dan diproses untuk menghasilkan bahan bakar.
Produk bahan bakar yang dihasilkan meliputi butanol, etanol, metanol, propanol,
serta biodiesel. Kayu juga digunakan untuk produksi listrik pada skala besar
seperti dalam kasus pembangkit listrik tenaga uap.
Bahan bakar biomassa
menyediakan sekitar 4% dari energi yang digunakan di Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, kayu dan limbah kayu (kulit kayu, serbuk gergaji, serpihan
kayu, dan kayu bekas) menyediakan sekitar 2% dari energi yang kita gunakan saat
ini. 14% kebutuhan energi dunia tercatat telah dipenuhi dari biomassa.
Sedangkan di Riau bisa
menghasilkan sekitar 146 mega watt (MW) energi listrik terbarukan dari biomassa
yang berasal dari hasil pemanfaatan limbah sawit, seperti tandang kosong,
limbah cair, maupun cangkangnya. Jumlah tersebut merupakan kalkulasi kemampuan
masing-masing pabrik kelapa sawit (PKS) di Riau yang berpotensi menghasilkan 1
MW. Sumbar juga memiliki sumber dari sampah rumah tangga
Namun, penggunaan
energi dari biomassa kadang membawa dampak sampingan yang tidak diinginkan.
Salah satunya adalah naiknya harga bahan baku pangan. Di Jerman, 100 kilogram
gandum menghasilkan energi biomassa seharga 25 Euro. Tapi bila gandum tersebut
dijual sebagai bahan baku pangan, harganya hanya 18 Euro. Juga, biaya produksi energi
biomassa masih lebih tinggi dibandingkan biaya produksi bahan bakar fosil.
Tanaman tertentu, misalnya, tidak tumbuh setiap tahun. Proses pemanenan
(harvesting) serta pengolahan juga membutuhkan lebih banyak sumber daya dan
energi. Hanya saja, jika tanaman dibakar langsung, maka aktivitas ini juga akan
melepaskan gas rumah kaca sama seperti yang diemisikan oleh bahan bakar fosil.
Biaya Instalasi Awal Tinggi, penyimpanan dan biaya transportasi yang masih
tinggi. Teknologi yang tersedia saat ini belum cukup mampu menggantikan energi
konvensional dengan energi alternatif. Pembakaran kayu disertai dengan emisi
sejumlah besar karbon dioksida ke udara yang merupakan gas rumah kaca.
Untuk menyeimbangkan
polusi, lebih banyak pohon harus ditanam sehingga mampu menyerap kelebihan
karbon dioksida dari atmosfer.
Jenis biomassa yang
banyak digunakan untuk menghasilkan listrik dan panas dalam skala besar adalah
biomassa padat, biogas, biofuel, dan biodiesel.
Biomassa dapat
digunakan untuk membuat gas kaya energi yang disebut biogas. Biogas memiliki
sifat mirip dengan gas alam yang biasanya digunakan untuk menyalakan kompor.
Biogas diproduksi melalui pemecahan bahan organik seperti kotoran manusia,
material tanaman, pupuk kandang, dll.
Biogas adalah gas yang
dihasilkan sebagai produk sampingan fermentasi anaerobik atau gasifikasi. India
dan Cina merupakan contoh negara yang sudah berinvestasi secara ekstensif dalam
teknologi biogas untuk menyediakan bahan bakar bagi warga mereka. Bahan baku
dasar untuk biogas adalah bahan organik seperti sisa makanan dan kotoran yang
disimpan dalam kondisi anaerob. Tempat penyimpanan bisa berupa tangki
penyimpanan yang tidak berventilasi hingga perangkat yang dirancang khusus
untuk menghasilkan gas.
Perangkat untuk
menghasilkan biogas (metana) dikenal sebagai biogas digester atau anaerobic
digester. Kondisi tanpa udara ini akan menarik bakteri anaerob, yang mulai
menguraikan bahan organik tersebut dan menghasilkan metana serta karbon
dioksida sebagai produk sampingan. Gas lain yang bisa dihasilkan meliputi
hidrogen, nitrogen, dan karbon monoksida yang diperoleh melalui gasifikasi
biomassa seperti kayu atau sekam padi.
Biogas yang dikelola
dengan baik bisa memberikan manfaat besar. Biogas lazim digunakan untuk
menyalakan kompor, sebagai pemanas ruangan, dan aplikasi lain. Biogas yang
dimanfaatkan juga mencegah metana mencapai atmosfer yang bisa berpengaruh pada
lingkungan. Kemampuan untuk mengubah produk limbah menjadi sesuatu yang
bermanfaat tidak hanya bernilai ekonomis melainkan juga memiliki nilai
lingkungan.
Gas yang diproduksi
melalui fermentasi anaerob atau gasifikasi memiliki sifat mudah terbakar
sekaligus memiliki bau menyengat. Kebocoran metana dari tempat pembuangan
sampah merupakan masalah serius yang perlu diatasi. Kebakaran atau ledakan
spontan yang disebabkan oleh akumulasi gas sering terjadi di tempat pengolahan
atau pembuangan sampah.
Biodiesel merujuk pada
bahan bakar mesin diesel yang diperoleh dari lemak hewan dan tumbuhan.Tanaman
yang populer digunakan dalam proses ini meliputi kedelai, kanola, biji kapas,
kacang tanah, dan bunga matahari. Tidak adanya sulfur berarti mengurangi risiko
terjadinya hujan asam. Selain itu, mesin diesel modern umumnya tidak memerlukan
modifikasi sebelum bisa menggunakan biodiesel sehingga lebih praktis dan
meniadakan biaya up grading mesin. Biodiesel dapat pula bertindak sebagai
pelumas sehingga membuat mesin lebih awet dan tahan lama.
Kandungan energi
biodiesel 11 persen lebih rendah dari solar, yang berarti kemampuannya dalam
menghasilkan tenaga lebih kecil dibandingkan bahan bakar fosil. Kualitas
oksidasi yang tidak terlalu baik membuat biodiesel memiliki masalah terkait
dengan penyimpanan. Bila disimpan dalam waktu lama, bahan bakar ini cenderung
berubah menjadi seperti gel sehingga berpotensi menyumbat mesin. Biodiesel juga
bisa ditumbuhi mikroba yang dapat memicu masalah pada mesin. Pembukaan lahan
baru untuk mengatasi masalah ini bisa memicu masalah baru akibat pembukaan
hutan serta menurunnya kualitas tanah akibat penanaman berlebihan (over
farming).
Bahan bakar alternatif
ini bisa digunakan dalam bentuk murni yang disebut B100, atau dapat pula
dicampur dengan solar pada rasio berapapun. B20 adalah salah atau campuran
paling umum yang terdiri dari campuran 20% biodiesel dan 80% solar. Biodiesel
tidak mengandung minyak bumi dan dapat dicampur dengan solar dalam rasio
berapapun. Studi menunjukkan bahwa emisi karbon dioksida biodiesel 78,5% lebih
rendah dibandingkan solar. Biodiesel tidak mudah terbakar sehingga memudahkan
dan meningkatkan keamanannya saat disimpan. Mampu mengurangi timbulnya kanker
yang dipicu oleh emisi gas buang kendaraan bermotor. Produksi biodiesel
membutuhkan energi lebih sedikit dibandingkan energi yang dibutuhkan untuk
membuat solar. Biodiesel termasuk bahan bakar alternatif yang memiliki nilai
BTU tinggi. Biodiesel merupakan bahan bakar yang efisien yang memiliki 100%
kandungan sulfur dioksida lebih rendah, 40 – 60% lebih sedikit
partikel-partikel jelaga, serta 10 – 15% karbon monoksida lebih rendah
dibandingkan solar. Produksi biodiesel menghasilkan 96% limbah padat lebih
sedikit, menggunakan air 79% lebih sedikit, serta membutuhkan 70 – 90% lebih
sedikit energi dalam produksinya dibandingkan solar. Sekitar 4 kg minyak
kedelai digunakan untuk memproduksi 5 liter biodiesel.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Energi
berbasis biomassa berpotensi besar dalam mendukung pasokan energi yang
berkelanjutan di masa mendatang. Meskipun demikian, pengembangannya harus
dirancang sedemikian rupa sehingga berefek positif terhadap pembangunan sosial
ekonomi masyarakat dan di pihak lain juga tidak berdampak negatif terhadap
lingkungan. Semua teknologi konversi biomassa menjadi energi bisa diterapkan di
Indonesia, dengan pengembangan disesuaikan dengan besaran supply biomassa,
teknologi yang telah dikuasai, ketersediaan anggaran dan jenis produk yang
dibutuhkan pasar di masing-masing daerah.
B. SARAN
Alternatif teknologi konversi dalam
mengantisipasi kelangkaan BBM misalnya, akan lebih tepat bila teknologi
gasifikasi dan proses anaerobik yang diterapkan; selain lebih efisien,
produknya pun berupa bahan bakar gas yang dapat digunakan sebagai sumber panas,
listrik dan bahan bakar kendaraan. Peran serta masyarakat dan kebijakan pemerintah
yang komprehensif dan terintegrasi dengan sektor terkait juga perlu dirancang
guna merangsang iklim investasi yang kondusif dan kompetitif. Pengembangan
energi berbasis biomassa sebagai energi yang dapat diperbaharui pada akhirnya
akan mampu mensubstitusi bahan bakar fosil dengan kuantitas besar, yang pada
gilirannya akan mereduksi jumlah CO2 yang diemisikan ke atmosfir. Dalam konteks
global, untuk mereduksi gas rumah kaca dalam jangka panjang, pasokan biomassa
yang stabil dan berkelanjutan merupakan tuntutan mutlak bagi pengembangan
energi biomassa. Dengan demikian struktur insentif dalam pengelolaan hutan yang
berkelanjutan perlu diciptakan secara kompetitif.
Daftar Pustaka
http:// www.kamase.org/biomassa-sebagai-pilihan-sumber-energi-terbarukan/
http:// id.wikipedia.org/wiki/Biomassa
http://
web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Energi%20dan%20Listrik%20Pertanian/MATERI%20WEB%20ELP/Bab%20III%20BIOMASSA/pendahuluan.htm
http:// moechah.wordpress.com/2008/09/17/energi-alternatif-itu-bernama-biomassa/
http://
www.dw-world.de/dw/article/0,,3057079,00.html
http://
www.dw-world.de/dw/article/0,,3057079_page_2,00.html
http://
beyoureself.blogspot.com/2008/09/pengembangan-energi-terbarukan-di.html
0 Response to "Makalah Fisika: Energi Biomassa"
Posting Komentar